“Pendidikan yang baik tidak hanya dimulai dari ruang kelas, tapi dari langkah kecil bersama orang tua yang mencintai.”
Hari pertama sekolah selalu menjadi momen istimewa bagi setiap anak. Seragam baru, tas baru, dan suasana baru, semua menghadirkan semangat sekaligus kecemasan.
Di sinilah dukungan emosional dari keluarga sangat dibutuhkan. Sayangnya, yang sering hadir mendampingi di gerbang sekolah adalah ibu.
Ayah, entah karena sibuk bekerja atau karena merasa itu “urusan ibu”, sering absen dari momen penting ini.
Padahal, kehadiran ayah di hari pertama sekolah bisa memberikan dampak psikologis yang sangat kuat bagi anak.
Dalam momen itulah anak merasa didukung penuh, diperhatikan, dan dihargai. Ayah tidak hanya menjadi simbol kekuatan, tetapi juga menjadi penanda bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama.
Menggeser Paradigma.
Gerakan “Ayah Antar Anak di Hari Pertama Sekolah” adalah upaya kecil yang dapat membawa perubahan besar. Ini bukan soal formalitas atau seremonial belaka.
Ini tentang kehadiran. Tentang membangun budaya baru di mana ayah tidak hanya hadir saat anak meraih prestasi, tetapi juga saat anak memulai langkah awalnya.
Budaya patriarki selama ini memposisikan ayah sebagai pencari nafkah semata. Namun, di era sekarang, peran ayah harus lebih dari itu.
Ayah adalah mitra dalam pengasuhan, penopang emosional, dan pemandu arah hidup anak. Hari pertama sekolah menjadi momentum yang sangat baik untuk menegaskan peran ini.
Pengaruh Besar bagi Anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayah memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, prestasi akademik yang lebih baik, dan lebih sedikit masalah perilaku.
Kehadiran ayah di momen-momen kecil namun penting akan tertanam kuat dalam ingatan anak sebagai bentuk cinta dan dukungan yang tak tergantikan.
Coba bayangkan, betapa bangganya seorang anak ketika bisa berkata kepada teman-temannya, “Tadi ayahku yang antar aku ke sekolah.” Itu bukan sekadar cerita, tapi penguat mental bahwa anak punya seseorang yang peduli dan siap berjalan bersamanya.
Tanggung Jawab Bersama
Sekolah juga memiliki peran penting dalam mendukung gerakan ini. Dengan membuat program “Hari Ayah” atau “Gerakan Ayah Antar Anak”, sekolah ikut membangun narasi bahwa pendidikan anak bukan semata urusan ibu.
Kolaborasi ini akan melahirkan komunitas belajar yang lebih inklusif dan penuh kasih.
Tak perlu seremoni besar. Cukup undangan resmi dari sekolah agar ayah ikut hadir di hari pertama, dokumentasi sederhana, dan ruang refleksi kecil bagi para ayah untuk mencatat harapan bagi anak-anak mereka.
Hari pertama sekolah bukan hanya tentang anak yang mulai belajar, tetapi juga tentang keluarga yang mulai bergerak bersama.
Mari hadirkan ayah di pintu gerbang sekolah, bukan sekadar sebagai pengantar, tetapi sebagai pelindung, pemandu, dan penyemangat.
Karena pendidikan yang baik tidak hanya dimulai dari ruang kelas, tapi juga dari langkah kecil bersama orang tua yang mencintai. (Red)